12/7/09

Tafsir Ibnu Katsir

[102] Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu jangnalah kamu kafir". Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi,

sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat,

dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.

[103] Sesungguhnya kalau mereka beriman dan bertakwa, (niscaya mereka akan mendapat pahala), dan sesungguhnya pahala dari sisi Allah adalah lebih baik, kalau mereka mengetahui. # Ketidak sopanan orang-orang Yahudi terhadap Nabi dan sahabat-sahabatnya.

Firman ALLAH Ta'ala:

  • "Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman. Sulaiman tidaklah kafir, namun setan-setan itulah yang kafir. Mereka mengajari manusia sihir."

As-Sadi berkata, "Setan-setan itu suka naik ke langit. Di sana mereka diam di beberapa tempat untuk mencuri dengar. Mereka menyimak pembicaraan para malaikat ihwal perkara yang akan terjadi di bumi seperti kematian, hal gaib, atau persoalan tertentu. Kemudian mereka mendatangi para dukun untuk memberi mereka informasi. Para dukun itu menginformasikan kepada khalayak sehingga mereka mendapati kesesuaian antara kejadian dan ucapan dukun. Setelah para dukun mempercayai setan, maka mereka berdusta dan menambahi informasi palsu sehingga satu kalimat menjadi tujuh puluh kalimat. Kemudian orang-orang menulis obrolan itu dalam berbagai buku sehingga menyebarlah berita pada Bani Israel bahwa jin mengajari ke-gaiban. Kemudian diutus Nabi Sulaiman kepada mereka. Beliau mengumpul-kan buku-buku itu dan disimpan dalam peti, lantas dikubur di bawah singgasana-nya. Tidak ada satu setan pun yang berani mendekati singgasana tersebut me-lainkan dia akan terbakar. Sulaiman berkata, 'Saya tidak mendengar seorang pun yang menceritakan bahwa setan itu mengajarkan kegaiban melainkan akan kupenggal lehernya."'

  • "Dan tidaklah Sulaiman itu kafir, namun setanlah yang kafir."

Setelah Sulaiman a.s. meninggal dan para ulama yang mengetahui persoalan Sulaiman pun punah, kemudian diganti oleh suatu generasi, maka setan me-nampilkan diri dalam wujud seorang manusia. Kemudian dia mendatangi se-kelompok Bani Israel seraya berkata, "Maukah kalian kutunjukkan timbunan harta yang tak pernah kamu santap?" Mereka mengiyakannya. Setan berkata, "Galilah di bawah singgasana Sulaiman." Kemudian setan pergi bersama mereka guna menunjukkan tempatnya, sedang dia berdiri di pinggir. Mereka berkata kepada setan, "Turunlah!" Setan menjawab, "Tidak, aku di sini saja menyertai kalian. Jika kalian tidak menemukannya, maka bunuhlah saya!" Kemudian mereka menggali dan akhirnya menemukan buku-buku sihir tersebut. Setelah mereka mengeluarkannya, setan berkata, "Sesungguhnya Sulaiman itu dapat mengontrol manusia, setan, dan burung berkat sihir ini sehingga ia bisa terbang dan pergi." Maka gemparlah di masyarakat bahwa Sulaiman itu tukang sihir. Kemudian Bani Israel mengambil buku-buku sihir tersebut. Ketika Muhammad datang, Bani Israel mendebatnya dengan buku-buku itu. Itulah yang dimaksud dalam firman Allah, "Dan tidaklah Sulaiman itu kafir, namun setanlah yang kafir." Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Said bin Jubeir dari Ibnu Abbas, dia berkata, "Ashif, sekretaris Sulaiman, mengetahui nama yang paling agung (al-Ismul-A'zham). Dia menulis segala sesuatu atas perintah Sulaiman dan menguburnya di bawah singgasananya. Setelah Sulaiman meninggal, maka setan mengeluarkannya dan mereka menuliskan kekafiran dan sihir di antara baris-baris buku tersebut, kemudian mengatakan, 'Inilah yang dijadikan pedoman kerja oleh Sulaiman." Ibnu Abbas berkata, "Maka orang-orang bodoh pun mengingkari Sulaiman dan memakinya, sedangkan para ulama pun hanya bisa diam. Orang-orang bodoh terus mencaci Sulaiman hingga Allah Ta'ala menurunkan ayat ini kepada Muhammad saw., 'Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman. Sulaiman tidaklah kafir, namun setan-setan itulah yang kafir. Mereka mengajari manusia sihir.'" Banyak ulama lain yang mengemukakan pen-dapatnya seputar masalah ini. Dan rentetan cerita mereka itu tidaklah bertentang-an dengan pemahaman penalaran. Allahlah yang menunjukkan kepada kebenaran. Kesimpulannya ialah bahwa setelah kaum Yahudi -- yang telah diberi kitab itu -- berpaling dari Kitab Allah yang ada di tangan mereka dan menyalahi Rasulullah saw., maka mereka mengikuti apa yang dituturkan oleh setan, yakni apa yang diceritakan, diinformasikan, dan dikisahkan oleh setan pada masa kerajaan Sulaiman. Tatlu di-muta'adi-kan dengan 'alaa karena kata tatluu mengandung makna 'mendustakan', sebab informasi itu hanyalah perkataan dan tuturan setan yang dusta.

Firman ALLAH Ta'ala:

  • "Dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajari seorang pun sebelum keduanya mengatakan, "Sesungguhnya kami adalah ujian, maka janganlah kamu kafir."

Maka mereka belajar dari keduanya sesuatu yang dapat memisahkan seseorang dari istrinya. Kaum Yahudi berkeyakinan bahwa Jibril dan Mikail a.s. adalah dua malaikat yang menurunkan sihir kepada Sulaiman a.s.. Lalu Allah mendustakan mereka dan memberitahukan kepada Nabi-Nya, Muhammad saw, bahwa Jibril dan Mikail tidaklah menurunkan sihir, Dia juga menyucikan Sulaiman dari perbuatan sihir yang mereka tuduhkan kepadanya. Allah memberitahukan kepada Bani Israel bahwa sihir merupakan perbuatan setan yang diajarkan kepada manusia di Babil, dan orang yang mengajarkannya ialah dua laki-laki yang bernama Harut dan Marut. Jika ditafsirkan demikian, maka man dalam kata wamaa unzila 'alal-malakaini merupakan man nafyi, bukan sebagai isim maushul yang bermakna 'yang'. Al-Qurthubi berkata, "Maa merupakan negasi dan di-'athof-kan kepada wamaa kafara sulaimaanu." Kemudian Allah berfirman, "Namun setanlah yang kafir; mereka mengajarkan sihir kepada manusia. Dan tidaklah diturunkan kepada dua malaikat...." Hal itu karena kaum Yahudi beranggapan bahwa sihir itu diturunkan oleh Jibril dan Mikail, lalu Allah mendustakan mereka dan kata haaruuta wamaarut merupakan badal 'pengganti' dari setan. Menurut Ibnu Katsir, penafsiran demikian adalah sahih baik karena jamak itu dimutlakkan pada dua unsur, seperti yang terjadi pada firman Allah fain kaana lahuu ikhwatun atau karena Harut dan Marut itu mempunyai pengikut-pengikut, atau mereka disebut karena pembangkangan mereka. Penafsiran dengan mengira-ngirakan ayat berbunyi, "Namun, setan-setan itu mengajari manusia sihir di Babil, yaitu Harut dan Marut." Kemudian Ibnu Katsir mengatakan bahwa inilah penafsiran yang paling utama dan sahih atas ayat itu. Beliau tidak beranjak ke penafsiran lainnya. Ibnu Jarir meriwayatkan dengan sanadnya melalui al-Aufi dari Ibnu Abbas berkaitan dengan firman Allah, "Dan tidaklah diturunkan kepada dua malaikat di Babil", katanya: tidak diturunkan sihir. "Dan tidaklah diturunkan kepada dua malaikat," menurut Ibnu Abbas, dengan sanad Ibnu Jarir dari Rabi' bin Anas, ayat itu berarti Allah tidak menurunkan sihir kepada keduanya. Ibnu Jarir berkata, "Penakwilan ayat 'dan mereka mengikuti apa yang dibacakan setan pada masa kerajaan Sulaiman', yaitu berupa sihir, Sulaiman tidaklah kafir, dan Allah tidak menurunkan sihir kepada dua malaikat, namun setanlah yang kafir, mereka mengajari manusia sihir di negeri Babil melalui Harut dan Marut. Kata 'di negeri Babil melalui Harut dan Marut' merupakan ayat yang maknanya didahulukan dan lafazhnya diakhirkan." Ada pula pendapat lain ihwal ayat "dan tidaklah diturunkan kepada dua malaikat" yang membacanya dengan malikaimi, karena yang dimaksud ialah Daud dan Sulaiman a.s.. Hal itu berdasarkan kesimpulan bahwa maa juga sebagai negasi, dan firman itu kira-kira berbunyi, "Sesungguhnya Allah Ta'ala tidak menurunkan sihir dan Dia tidak mengajarkannya kepada dua orang raja, yaitu Daud dan Sulaiman." Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa Harut dan Marut merupakan dua kabilah jin. Ada yang mengatakan bahwa keduanya adalah dua orang laki-laki: yang satu bernama Harut dan yang lain bernama Marut. Jika mengikuti penakwilan itu, maka Harut dan Marut merupakan terjemahan dari manusia. Pendapat yang sahih ialah yang telah ditegaskan oleh al-Qurthubi, yaitu bahwa Harut dan Marut merupakan badal dari setan. Pendapat ini, seperti telah dikatakan, merupakan penafeiran yang paling sahih terhadap ayat itu, dan Ibnu Katsir pun tidak menoleh kepada pendapat lainnya. Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa Harut dan Marut berasal dari dua malaikat. Dari sana muncullah kisah planet venus dengan malaikat Harut dan Marut. Orang-orang yang menuturkan kisah ini beranggapan bahwa Harut dan Marut adalah dua malaikat yang diturunkan oleh Allah dari langit dan Allah memberi keduanya syahwat, seperti yang diberikan kepada manusia. Kemudian keduanya disodori wanita yang paling cantik di antara wanita yang ada. Maka wanita itu dirayu oleh keduanya, dan si wanita pun memberi respons dengan syarat keduanya harus musyrik kepada Allah. Maka mereka menolak. Kemudian mereka disodori lagi wanita yang lain. Mereka merayunya, dan si wanita mau memenuhi godaannya jika mereka mau membunuh seseorang. Maka mereka pun menolak. Kemudian mereka disodori wanita ketiga. Mereka merayunya. Si wanita memberi mereka pilihan antara musyrik kepada Allah, membunuh seseorang, atau meminum secawan khamar. Pada akhirnya mereka memilih perbuatan yang paling minim dosanya, yaitu meminum khamar. Mereka meminumnya, dan khamar "mempermainkan" keduanya sehingga mereka musyrik kepada Allah dan membunuh seseorang serta berzina dengan wanita itu. Setelah mereka sadar dari mabuk dan si wanita memberitahu bahwa perbuatan mereka akibat meminum khamar, maka keduanya menyesal. Mereka hendak kembali ke langit, namun tidak bisa dan merasakan betapa buruknya kejahatan mereka. Kemudian Allah memberi mereka dua pilihan antara azab dunia atau azab akhirat. Keduanya memilih azab dunia yang sementara daripada azab akhirat yang abadi. Adapun si wanita itu, ia telah menanyakan kepada keduanya suatu kalimat yang bila diucapkan oleh keduanya dapat naik ke langit atau turun dari langit. Keduanya mengajarkan kalimat itu kepada si wanita. Si wanita pun mengucapkannya sehingga ia dapat terbang ke langit. Namun, di sana ia dialihrupakan menjadi sebuah planet. Maka jadilah ia planet Venus. Kisah tersebut diceritakan dari berbagai jalan hingga mencapai 20 jalan. Walaupun jalan itu banyak, namun tidak ada satu pun yang sampai kepada Rasulullah saw.. Kisah itu ditolak oleh mayoritas ahli hadits, para hafizh, dan mufassirin. Singkatnya, kisah itu bermuara pada dongeng Israiliyat, sebab tidak ada sebuah hadits pun yang marfu' dan sahih yang sanadnya bersambung kepada Nabi saw. orang yang benar, dipercaya, dan maksum yang tidak akan pernah bertutur berdasarkan hawa nafsu beliau. Zahir redaksi Al-Qur'an menyajikan kisah secara global tanpa memperluas dan melebarkannya. Kami percaya kepada apa yang terdapat dalam Al-Qur'an selaras dengan apa yang dikehendaki Allah, dan Allah Maha Mengetahui terhadap hakikat persoalan selaras dengan kesucian Allali Ta'ala dari perkara yang tidak layak bagi-Nya dan bagi malaikat-Nya.

Firman ALLAH Ta'ala:

  • Dan keduanya tidak mengajarkan kepada seorang pun sebelum mengatakan, 'Sesungguhnya kami adalah fitnah bagimu, maka janganlah kamu kafir."

Abu Ja'far ar-Razi mengatakan dengan sanadnya dari Ibnu Abbas, dia berkata bahwa apabila keduanya mendatangi seseorang yang menginginkan sihir, maka keduanya melarang si peminat dengan keras seraya mengatakan kepadanya, "Kami merupakan fitnah, maka janganlah kamu kafir." Hal itu karena keduanya mengetahui yang baik, dan buruk, yang kufur, dan iman. Maka keduanya memberitahukan bahwa sihir itu merupakan kekafiran. Jika peminat datang kepada keduanya, maka keduanya menyuruh mendatangi tempat anu dan anu. Jika mendatanginya, maka dia akan menjumpai setan yang kemudian mengajarinya. Lalu keluarlah dari diri peminat itu cahaya. Peminat melihat cahaya itu membubung ke langit, lalu setan berkata, "Alangkah rugi dan celaka apa yang telah dilakukannya." As-Sadi mengatakan, bahwa apabila Harut dan Marut didatangi seseorang yang memintai sihir, maka mereka menasihatinya dengan mengatakan, "Janganlah kamu berbuat kekafiran. Sesungguhnya kami merupakan fitnah." Bila si peminat membangkang, maka keduanya berkata, "Bawalah abu ini, kemudian kecingilah. Bila telah dikencingi, maka akan keluar darinya cahaya yang membubung hingga menembus langit, itulah cahaya keimanan. Kemudian muncul sesuatu yang hitam seperti asap, yang masuk ke langit. Dan itulah keimanan. Kemudian muncul lagi sesuatu yang hitam seperti asap yang masuk ke pendengarannya dan ke dalam segala benda dan itu adalah kemurkaan Allah. Apabila keduanya telah memberitahukan hal itu, maka keduanya mengajarkan sihir kepada peminat. Itulah yang dimaksud dengan firman Allah, "Dan keduanya tidak mengajari seorang pun sebelum keduanya mengatakan, 'Sesungguhnya kami adalah fitnah, maka janganlah kamu kafir.'"

Firman ALLAH Ta'ala:

  • "Kemudian mereka mempelajari dari keduanya sesuatu yang dapat memisahkan antara seseorang dan istrinya."

Artinya, manusia belajar dari Harut dan Marut berupa ilmu sihir yang mereka gunakan untuk hal-hal tercela. Sesungguhnya mereka tidak bermaksud memisahkan antara suami dan istrinya melalui sihir, walaupun dalam keluarga itu terdapat kerukunan dan keserasian, dan itu adalah perbuatan setan. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dalam sahihnya dari Jabir bin Abdullah r.a. bahwa Nabi saw., bersabda, "Setan itu meletakkan singgasananya di atas air. Kemudian dia mengutus pasukannya kepada manusia. Maka manusia yang paling dekat kedudukannya dengan setan berarti paling besar pula mendapat ujian dari setan. Seorang anggota pasukan datang melapor, 'Saya terus menggarap si Fulan sebelum aku meninggalkannya dalam keadaan dia mengatakan anu dan anu. 'Kemudian Iblis berkata, 'Demi Allah, kamu tidak melakukan apa pun terhadapnya.' Kemudian anggota pasukan lain datang melapor, 'Aku tidak meninggalkan manusia sebelum aku berhasil menceraikan antara dia dan istrinya. Lalu aku mendekatinya, mengakrabinya, dan menempelnya.' Iblis berkata, 'Bagus kamu.'" (HR Muslim) Penyebab perceraian antara suami dan istri ialah gambaran buruk ketika melihat wajah suami atau istri dan perilakunya yang diimajinasikan oleh setan kepada suami dan istri, atau sebab-sebab lain yang mengantarkan kepada perceraian.

ALLAH Ta'ala berfirman:

  • "Dan sekali-kali mereka tidak memberikan mudarat, dengan sihirnya, kepada seorang pun kecuali dengan izin Allah."

Sufyan ats Tsauri mengatakan, "Kecuali dengan qadha Allah." Hasan al-Basliri berkata, "Benar, barangsiapa yang dikehendaki-Nya, maka ia dikuasai setan. Dan siapa yang tidak dikehendaki-Nya, maka tidak dukuasai setan."

Firman ALLAH:

  • "Dan mereka mempelajari sesuatu yang memudaratkan mereka dan tidak memberinya manfaat,"

yakni memudaratkan agama mereka dan tidak memberinya manfaat yang sepadan dengan kemudaratannya.

  • "Sesungguhnya mereka telah mengetahui bahwa barangsiapa yang menukarnya dengan sihir itu, maka tidak ada bagian untuknya di akhirat."

Yakni, sesungguhnya kaum Yahudi sudah mengetahui bahwa orang yang menukarkan ketundukan kepada Nabi saw. dengan sihir tidak akan mendapat bagian di akhirat. Demikianlah penafsiran yang diberikan Ibnu Abbas, Mujaliid, dan as-Sadi.

Firman ALLAH:

  • "Dan alangkah buruknya perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, jika mereka mengetahui."

Allah Ta' ala berfirman, betapa buruknya penggantian keimanan dan ketaatan kepada Nabi saw. dengan sihir yang telah mereka lakukan, seandainya mereka mengetahui nasihat yang diberikan beliau; seandainya mereka beriman kepada Allah dan Rasul-Nya Muhammad saw. serta para rasul lain sebelumnya; dan seandainya mereka memelihara diri dari hal-hal yang diharamkan, niscaya pahala bagi mereka dari sisi Allah adalah lebih baik bagi mereka daripada apa yang dipilih dan disukai untuk dirinya.

Firman-NYA:

  • "Seandainya mereka beriman dan bertakwa,"

yakni menjauhkan diri dari perbuatan tukang sihir yang mengkufurkan itu. Umar ibnul Khaththab r.a. telah menyurati para gubernur agar menghukum bunuh terhadap tukang sihir baik laki-laki maupun perempuan. Bukhari mengeluarkan berita itu dalam kitab sahihnya. Sahih pula keterangan yang mengatakan baliwa Hafshah Ummul Mukminin r.a. pernali disihir oleh pembantu wanitanya. Kemudian wanita itu dihukum mati. Nabi saw. bersabda, "Had bagi tukang sihir adalah ditebas lehernya dengan pedang." (HR Tirmidzi). Ath Thabrani meriwayatkan hadits itu melalui jalan lain dari Hasan, dari Jundub sccara marfui' Sihir seperti itu tidak dapat ditangkal dan hanya dapat dijauhkan dengan suatu amalan bermanfaatyang telah diturunkan Allah kepada Rasul-Nya saw., yaitu dengan membaca al-Falaq dan an-Nas. Dalam sebuah hadits dikatakan, "Orang-orang tidak dapat membuat perlindungan (ta 'awwudz) sekuat perlindungan dengan al-Falaq dan an-Nas." Demikian pula, bacaan ayat Kursi dapat mengusir setan. Pada kenyataannya, sihir itu memang ada. Hal ini berbeda dengan kaum Muktazilah dan selainnya yang mengingkarinya. Sihir adalah kekafiran, mempelajarinya kufur, mengajarkannya adalah kufur, tukang sihirnya kafir, dan orang yang mempelajarinya juga kafir. Para ulama berbeda pendapat ihwal menyuruhnya bertobat. Ada pula ulama yang berpendapat bahwa tukang sihir harus diminta bertobat. Jika tidak mau, maka dibunuh. Ada pula yang berpendapat bahwa dia tidak perlu diminta bertobat, tapi langsung dihukum mati saja. Dasar pendapat kedua ialah sabda Nabi saw., "Had bagi tukang sihir ialah ditebas dengan pedang", tindakan Hafsah menghukum mati pembantu wanitanya yang menyihir dirinya dan di sana tidak diceritakan apakah si wanita itu diminta bertobat atau tidak, dan keputusan Umar bin Khaththab kepada para gubernurnya supaya membunuh tukang sihir laki-laki dan perempuan. Sihir itu bermacam-macam dan semuanya buruk, sebab sihir meminta bantuan kepada setan atau berupa magic (ilmu hitam), berupa kain serasah dan penangkal (yang tidak disyariatkan oleh ajaran Islam), ramuan, atau asap. Semuanya itu batil.

(- Hadis Qudsi -)

'Sesungguhnya AKU hanya menerima sholat dari orang yang melakukannya dengan tawadhu’ (merendahkan diri) kerana keagungan-KU dan tidak memanjangkan lidahnya (mencerca mengumpat) atas makhluk-KU dan ia tidak membiasakan diri berbuat maksiat dan kederhakaan kepada-KU; Ia telah menghabiskan siangnya untuk ingat akan AKU, dan ia selalu mengasihani orang-orang miskin, perantau yang kehabisan bekal dan janda-janda miskin yang memerlukan pertolongan dan mengasihani orang yang kemalangan. Itulah sinar cahayanya dari perbuatan orang yang sholeh, bagaikan cahaya matahari. AKU lindungi dirinya demi kebesaran-KU; dan AKU perintahkan menjaganya kepada malaikat-KU. AKU jadikan baginya dalam gelap-gelita cahaya terang benderang dan dalam kejahilannya rasa lapang dada, bandingannya di antara makhluk-KU adalah bagaikan syurga Firdaus di dalam syurga.'